BALI.SATUSUARA.CO.ID #
Denpasar - Bali ||
Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.
Akademisi Universitas Dwijendra
Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Dengan lebih dari 4,5 miliar pengguna di seluruh dunia, platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok tidak hanya menjadi tempat berbagi informasi dan koneksi sosial, tetapi juga arena utama untuk ekspresi sentimen.
Sentimen dalam media sosial merujuk pada emosi atau opini yang diekspresikan pengguna saat mereka berinteraksi dengan konten di platform tersebut.
Sentimen ini bisa positif, negatif, atau netral. Misalnya, sebuah postingan tentang produk baru bisa mendapat tanggapan positif jika pengguna merasa puas, sedangkan kritik atau keluhan dapat menghasilkan sentimen negatif.
Menjelang Pilkada sentimen politik semakin intens. Masing-masing kubu mulai beropini terkait peryataan salah satu calon kepala daerah.
Apabila calon tersebut bukan merupakan calon kepala daerah pilihannya, biasanya masyarakat memberikan tanggapan yang negatif terkait dengan program-program yang akan dikerjakan.
Apabila calon kepala daerah tersebut merupakan calon kepala daerah pilihannya secara otomatis masyarakat memberikan tanggapan positif dan dukungan terhdap calon tersebut.
Kinerja pemimpin saat ini (incumbent) adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi sentimen politik.
Jika incumbent dianggap berhasil dalam memimpin, misalnya melalui pencapaian pembangunan atau peningkatan kesejahteraan, maka sentimen positif cenderung mendominasi.
Sebaliknya, kegagalan dalam mengatasi masalah-masalah utama seperti korupsi, pengangguran, atau konflik sosial dapat menimbulkan sentimen negatif yang signifikan.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi sentimen politik.
1. Media dan Informasi, Media memiliki peran penting dalam membentuk sentimen politik. Berita, artikel, dan opini yang disajikan oleh media dapat mempengaruhi cara pandang publik terhadap isu politik.
Media sosial, khususnya, memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas, sering kali tanpa filter, sehingga mampu membentuk dan mengubah sentimen politik secara dinamis.
2. Identitas Politik dan Ideologi, Identitas politik individu, termasuk afiliasi partai, keyakinan ideologis, dan nilai-nilai sosial, sangat mempengaruhi sentimen politik.
Misalnya, seseorang yang memiliki ideologi konservatif mungkin cenderung mendukung kebijakan yang pro-pasar bebas, sementara mereka yang berhaluan progresif mungkin lebih mendukung kebijakan kesejahteraan sosial.
3. Kondisi Ekonomi dan Sosial, Faktor ekonomi seperti pengangguran, inflasi, dan ketimpangan sosial sering kali menjadi pemicu perubahan sentimen politik.
Ketika kondisi ekonomi memburuk, sentimen politik terhadap pemerintah yang sedang berkuasa bisa berubah menjadi negatif, memicu kritik dan tuntutan perubahan kebijakan.
4. Peran Pemimpin Politik Karisma, integritas, dan kemampuan seorang pemimpin politik dalam menangani isu-isu kritis dapat mempengaruhi sentimen publik terhadapnya.
Pemimpin yang dianggap berhasil mengelola krisis atau memperjuangkan kepentingan rakyat biasanya mendapatkan sentimen positif dari publik.
Ada beberapa dampak akibat sentimen politik
1. Pembentukan Opini Publik, Opini publik dibentuk dari banyaknya informasi tersebar di media terkait pasangan calon.
Tentu masing-masing pendukung beropini terhadap pernyataan dan program masing-masing pasangan. Opini tersebut berupa sentimen positif, negatif, dan netral
2. Polaritas Politik, Sentimen politik yang tajam dapat memperkuat polarisasi di masyarakat. Ketika kelompok-kelompok dengan sentimen yang berlawanan saling bertentangan, hal ini dapat memicu ketegangan sosial, memperlebar jurang perbedaan, dan menghambat proses dialog politik yang konstruktif.
Kita masih ingat polarisasi masyarakat akibat dari sentimen terkait pilpres tahun 2019. Pendukung Jokowi disebut cebong dan Pendukung Prabowo disebut kampret, dan kadal gurun.
Saat ini, polarisasi tersebut tidak sehebat pada tahun 2019. Hal ini tidak lepas dari terbentuknya koalisi gemuk dalam Pilprel dan Pilkada 2024.
Elit partai setelah Pilpres bersalam-salaman, namun masyarakat merasa terhianati. Mereka tinggal bagi-bagi kue tetapi apa yang didapat masyarakat ? (Bud)
Social Footer